WASPADA "RIPPLE TEST" TERHADAP UMAT

Kita semua hidup dalam lingkungan masyarakat yg terhubung satu sama lainnya. Koneksi ini membentang seperti permadani yang terjalin dan rumit. Masing-masing dari kita ada di dalam permadani ini. Pikiran dan tindakan apapun yang kita sampaikan dilingkungan kita berefek seperti kerikil yang jatuh di kolam dan ia akan menciptakan riak yang bergerak keluar.

Segala sesuatu yang kita lakukan dan pikirkan besar ataupun kecil akan mempengaruhi orang-orang dalam kehidupan kita dan reaksi mereka pada gilirannya mempengaruhi orang lain juga dan begitu seterusnya. Pilihan pilihan yang kita buat sebenarnya memiliki konsekuensi yang luas jangkauannya. Masing-masing dari kita membawa potensi untuk mengubah lingkungan sosial kita melalui cara-cara besar ataupun kecil untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Prinsip seperti ini lazim disebut sebagai "Ripple Effect" atau efek riak (air).

Test "Ripple effect" ini sering dipakai sebagai strategi untuk menguji dan mengukur seberapa besar tingkat reaksi yang timbul dari suatu aksi yang dilakukan seseorang atau suatu golongan tertentu untuk tujuan perencanaan strategi berikutnya yang lebih efektif, komprehensif dan masif. Dalam dunia politik, pemerintahan, ekonomi maupun dalam operasi inteligen dalam skala besar, test ini sering kali dilakukan terhadap suatu masyarakat tertentu.

Di negeri ini, Kita sebagai umat muslim mayoritas sudah semestinya harus faham dengan strategi ini agar kita dapat menyadari lebih dini saat kita sedang dikendalikan dan diarahkan melalui strategi test seperti ini.
Dengan mengetahui dan mengerti hal ini, setidaknya masyarakat muslim Indonesia bisa menyadari saat haluan kita sedang dipalingkan.
Dengan Memahami konsep ini, umat Islam akan mampu menciptakan reaksi yang lebih positif dan lebih terarah untuk mematahkan strategi negatif dari luar saat kiblat pandangan umat islam digeser, sehingga kita lebih punya kekuatan utk menhadapinya..dan bukan seperti buih dilautan yang tidak punya daya saat dihembus angin dan gelombang.

Sebagian orang mungkin tidak percaya pada strategi test ini dengan argumen mereka, bahkan tidak jarang mengatakan kita terlalu paranoid dan su’u dzon, buruk sangka terhadap kelompok ini itu dan sebagainya.

Kita umat islam pernah mengalami pengalaman pahit di tahun Pada 1969 saat Israel membakar al-Masjid al-Aqsa sebagai "Ripple test" yang ditujukan utk dunia islam dan untuk menyampaikan pesan pada dunia bahwa pendudukan terhadap palestina telah mereke kuasai.

Dan ternyata Umat Islam di negara tetangga yang notabene negara negara islam tidak melakukan tindakan apapun untuk membela. Sampai Akhirnya invansi dan penjajahan itu pun diteruskan sampai hari ini.
Peristiwa memilukan itu jelas tercermin dari perkataan mantan perdana mentri israel saat itu.
Dia menyampaikan "Ketika kami membakar Masjid al-Aqsa, Aku tidak dapat tidur sepanjang malam kerana kuatir Bangsa Arab berdatangan untuk menyerang Israel dari segala arah. Tetapi ketika pagi tiba, aku sadar bahwa kami mampu untuk melakukan apa saja yang kami mau. Karena kami berhadapan dengan umat yang tidur!"

Di dalam negeri kita sendiri kasus-kasus "Ripple test" yang serupa ada banyak bermunculan juga, misalnya penistaan al-Quran, munculnya aliran yang menyimpang, munculnya simbol2 tertentu dll yang sebetulnya sengaja di buat golongan2 tertentu untuik mengukur tingkat reaksi dari masyarkat muslim negeri ini. Bahkan dari lingkungan pemerintah sendiri sering kali juga melakukan ripple test terhadap kita, seperti diluncurkannya istilah dan frase frase "Radikalisme, Intoleran, islam garis keras, islam liberal, terorisme islam ,dll yang sebenarnya bertujuan untuk memancing dan mengukur reaksi masyarakat, yang nantinya akan dijadikan acuan dlm menyusun strategi baru utk mencapai tujuan tertentu.

Remeh kelihatannya, tapi jika dibiarkan bisa fatal akibatnya. Karena reaksi dari hasil ripple test ini akan dijadikan acuan standar seseorang, komunitas, atau pemerintah suatu negara untuk menggiring umat / masyarakat kearah tertentu untuk kepentingan tertentu pula.

Khalifah Ali bin Abi Thalib radhiallahu anh, pernah menyampaikan,
"Kehancuran suatu negeri bukan hanya karena banyaknya orang dzalim, tapi diamnya orang baik juga memberikan sumbangsih kebinasaan."

Sebagai muslim kita diperintahkan Allah untuk senantiasa mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran (al amru bil ma’ruf wan-nahyu ‘anil munkar).
Oleh karenanya, kita dituntut untuk selalu waspada jika ada hal yang janggal dan mencurigakan. Karena tenggelamnya kapal bisa dimulai dari lubang kecil yang diremehkan.#
Wawallhua'lam bishawab.

Comments

Popular posts from this blog

Doa Perlindungan dari Wabah

Mental Block

Berfikir Kritis

Melatih Pengambilan Keputusan Intuitif

Menggali potensi diri