Indikator Kemunafikan


"Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat isya dan shubuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak.” (HR Bukhari dan Muslim)


Jika melihat kondisi umat Islam indonesia saat ini, miris rasanya. Seperti yang pernah rosululloh sampaikan, diakhir zaman Kita bagaikan buih di lautan. Mempunyai jumlah yang besar tapi tidak mempunyai kekuatan, kita terombang ambing oleh angin dan gelombang. Beliau juga menyampaikan bahwa akan tiba sebuah zaman dimana umat Islam bagaikan hidangan yang dikelilingi dan diperebutkan untuk disantap umat umat lain. Ini terjadi bukan karena jumlahnya yang sedikit, tapi karena penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati) yang telah mewabah di sekujur tubuh masyarakat muslim.


Cinta dunia dan takut mati telah menjadi bagian dari alam bawah sadar sebagian besar umat Islam. Gaya hidup hedonis, merasa bangga ketika bisa mengekor budaya barat, senantiasa mengejar kesuksesan dunia walaupun dengan cara-cara yang subhad bahkan haram adalah keseharian yang tidak lagi aneh terjadi di masyarakat. Maka tidak mengherankan bila banyak kecelakaan dan kenistaan menghinggapi umat Islam. Hampir dimana pun ketika umat Islam menjadi minoritas, maka yang mereka alami adalah penindasan.


Apabila kita bertanya, mengapa bisa seterpuruk ini? Boleh jadi banyak jawabannya, diantaranya karena banyak umat Islam yang tidak lagi mengamalkan ajaran Islam dengan benar.


Namun satu hal yang menarik adalah, terpuruknya kondisi umat dapat dilihat dari shaff-shaff shubuh di masjid. Shalat shubuh di masjid bisa menjadi indikator akan kondisi umat dimana pun dan kapan pun.

Shalat shubuh merupakan shalat yang berada di antara dua waktu istimewa yaitu sepertiga malam terakhir dan terbitnya fajar, memiliki nilai istimewa. Secara filosofis pun waktu shubuh merupakan awal bagi aktivitas sebagian besar manusia. Sebagaimana telah Allah tetapkan bahwa siang hari adalah waktu manusia mencari penghidupan dan malam adalah waktu beristirahat (QS al-Furqan [25]: 47). Begitu banyak keutamaan yang Allah tetapkan pada waktu tersebut.


Dalam sebuah hadits, Rasulullah mengatakan:“Allah akan turun ke langit bumi pada setiap malam, ketika malam tinggal sepertiga terakhir. Dia berkata, ‘Mana hamba-Ku yang berdo’a, untuk aku kabulkan (do’anya)? Mana hamba-Ku yang meminta kepada-Ku, untuk Aku penuhi (permintaannya)? Mana hamba-Ku yang beristighfar, untuk Aku ampuni (dosanya)?”(HR Bukhari dan Muslim)


Begitulah shalat shubuh adalah shalat fardhu yang berada di akhir malam hingga shalat sunnah fajr. Shalat yang merupakan sunnah rawatib dari shalat shubuh, dan setara dengan shalat qiyamullail sepanjang malam. Begitu pun shalat shubuh itu sendiri, memiliki keutamaan yang besar seperti dijelaskan pada hadits berikut:


Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat.” (HR Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

“pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka,*

*(Dikatakan kepada meraka): “Pada hari Ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar”*
*Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan Berkata kepada orang-orang yang beriman: “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”. dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”*

*Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.”*
(QS. Al-Hadid: 12-13)

Aku adalah sesuatu yang licin dan penggelincirkan.. Dan aku lebih lembut dari sehelai rambut dan lebih tajam dari sebilah pedang,
Ada dari mereka yang melewatiku secepat kilat tanpa ada rintangan,

Ada dari Mereka yang awalnya celaka, namun ia selamat meniti diriku,

Ada yang melintasiku laksana kedipan mata, ada yang laksana kilat dan ada yang laksana angin, ada yang laksana kuda yang berlari kencang dan ada yang laksana onta berjalan.
Dan para malaikat berdoa: ”Rabbi sallim.. Rabbi sallim...
Ya Allah, selamatkanlah... Selamatkanlah...

Maka mereka ada yang selamat, ada yang tercabik-cabik lalu diselamatkan dan juga ada yang digulung dalam jahannam di atas wajah wajah mereka.

Dan Banyak dari mereka yang terkadang berjalan, terkadang tersungkur, dan terjilat kobaran api jahannam. Dan Ketika dia telah melewatinya, maka dia menoleh kepada api tersebut seraya berkata,

"Mahasuci Allah yang telah menyelamatkanku darimu. Allah telah memberikan sesuatu kepadaku yang mana Dia tidak pernah memberikannya kepada orang yang awal dan orang yg terakhir"

Shalat shubuh dengan berbagai keutamaannya menjadi pembuktian atas keimanan seseorang. Hanya orang-orang beriman yang merasa ringan untuk berjama’ah di masjid. Hal ini merupakan gambaran bahwa shalat subuh menjadi salah satu ujian keimanan. Membedakan orang beriman dan mereka yang munafik.


Dr. Raghib As-Sirjani dalam bukunya Kaifa Nuhafidzu ‘Alash Shalatil Fajri mengatakan, “Shalat shubuh memang shalat wajib yang paling sedikit jumlah rakaatnya, hanya dua rekaat saja. Namun, ia menjadi standar keimanan seseorang dan ujian terhadap kejujuran, karena waktunya sangat sempit.”


Dari uraian diatas, dapat dilihat hubungan yang erat antara shaff-shaff shalat subuh yang sepi dan kondisi umat Islam yang terpuruk saat ini. Sepinya shaff-shaff shalat shubuh menggambarkan betapa rapuhnya keimanan sebagian besar umat Islam. Hanya sebagian kecil wilayah yang shalat shubuh berjamaahnya ramai diikuti. Di negara dengan populasi ummat Islam terbesar di dunia (Indonesia) ini, jarang sekali kita melihat jama’ah shalat shubuh yang ramai.


Padahal para shalafush shalih begitu menilai tinggi shalat shubuh. Tergambar dari betapa menyesalnya Anas bin Malik yang pernah sekali terlewat shalat shubuh. Kesedihan dan penyesalannya itu terucap dari mulut sahabat tersebut, “Sungguh shalat shubuh telah berlalu dariku. Sepanjang usia, aku tidak akan bahagia seandainya dunia diberikan kepadaku sebagai ganti shalat ini.”


Mungkin berjama’ah pada waktu shubuh bukanlah satu-satunya cara mengembalikan kejayaan umat. Namun, itu merupakan salah satu indikator dari kondisi keimanan umat. Apakah umat dipenuhi oleh mereka yang benar-benar cintanya kepada Allah, atau dipenuhi oleh munafik yang hanya mengaku muslim, tetapi lebih senang berselimut nyaman di tempat tidur, sungguh amat disayangkan pada kenyataannya indonesia ternyata adalah negara dg mayoritas muslim munafik terbesar di dunia, maka wajarlah jika mayoritas pemimpin dan wakil wakil rakyat yang terpilih adalah juga para Munafik.#

Comments

Popular posts from this blog

Doa Perlindungan dari Wabah

Mental Block

Berfikir Kritis

Melatih Pengambilan Keputusan Intuitif

Menggali potensi diri